Menjadi Teladan Terdepan
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary
Menjadi Teladan Terdepan merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mendidik Anak Tanpa Amarah. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 15 Rabi’ul Awwal 1444 H / 11 Oktober 2022 M.
Menjadi Teladan Terdepan
Kewajiban orang tua adalah membimbing, mengarahkan dan mendidik. Dan nasihat/petuah/peringatan itu harus sampaikan dengan cara yang menyenangkan. Artinya menyenangkan di sini adalah tidak membuat orang lari. Nabi mengatakan:
يَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا، وَبَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا
“Semua yang bisa dibuat mudah, jangan dipersulit. Berikan kabar gembira jangan membuat orang lari.” (Muttafaqun ‘alaih)
Bukan apa yang kita sampaikan buruk, tapi mungkin cara yang kita gunakan tidak baik. Sehingga mungkin orang menjadi lari. Jangan dibuat ribet, apalagi di dalam menyampaikan ilmu/bimbingan dan nasihat.
Menjadi Teladan Terdepan
Kita ambil contoh pelajaran matematika yang sulit bagi anak-anak. Tapi kalau kita beri contoh di dalam pengajarannya maka mereka akan mudah menyerap pelajaran tersebut, dan matematika yang sulit itu menjadi terlihat lebih mudah. Artinya di sini adalah bahwa keteladanan itu akan mempermudah bimbingan yang kita berikan kepada anak. Maka sampaikanlah bimbingan itu melalui keteladanan.
Sebelumnya kita juga sudah sampaikan bahwa pendidikan itu sama dengan keteladanan. Dengan adanya keteladanan maka anak akan belajar hal-hal yang kita sampaikan dengan lisan. Dan dia akan lebih mudah mencernanya.
Misalnya kita memberikan teladan kepadanya dengan sifat-sifat terpuji seperti kejujuran. Anak yang melihat kejujuran akan mudah menjadi orang yang jujur. Karena dia melihat langsung teladannya. Tapi sebaliknya, ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan ini akan menjadi racun dalam pendidikan.
Seorang anak yang melihat ayahnya berdusta, tidak akan dapat mempelajari kejujuran dan tidak akan mengerti jujur. Sebagaimana seorang anak perempuan yang melihat ibunya yang suka membantah suami, maka jangan harap anak ini akan tumbuh menjadi anak yang mudah diberi nasihat. Ada pepatah kita “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Artinya semua akan tumbuh dengan apa yang dibiasakan. Ibnu Qayyim Al-Jauziyah mengatakan bahwa seorang anak itu tumbuh dengan apa yang dibiasakan, diperlihatkan dan diteladankan oleh pendidiknya.
Maka Allah mencela para pendidik yang perbuatannya tidak sejalan dengan ucapannya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٢﴾ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴿٣﴾
“Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu lakukan.” (QS. As-Saff[61]: 2-3)
Allah juga berfirman mencela orang-orang Yahudi:
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebaikan sedangkan kamu melupakan diri kamu sendiri, padahal kamu membaca Al-Kitab. Apakah kamu tidak berpikir?” (QS. Al-Baqarah[2]: 44)
Artinya berpikirlah, bahwa cara itu justru akan meruntuhkan apa yang kita bangun. Demikian pula jiwa manusia sangat membenci sikap ini. Maka aturan Islam dalam mendidik anak sangat menekankan keteladanan. Sehingga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan NabiNya sebagai teladan.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ…
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)
Maka dimunculkan sosok seorang Nabi dari kalangan kita seperti kebanyakan manusia lainnya. Yang mana mereka bisa meneladani apa yang beliau lakukan. Kalaulah Rasul itu malaikat, maka mungkin manusia akan berkata: “Itu kan malaikat.” Tapi beliau adalah manusia seperti kita.
Maka salah satu metode Qurani adalah mendidik manusia dengan keteladanan. Baik itu yang mereka saksikan langsung dari sosok Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam maupun dari kisah-kisah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan di dalam Al-Qur’an.
Maka kita selaku orang tua, suka tidak suka, mau tidak mau, kita adalah sorotan anak-anak kita. Mereka melihat apa yang kita lakukan, mereka melihat apa yang kita ucapkan. Maka jagalah image kita di hadapan mereka.
Ketika dikatakan apakah orang tua perlu jaga image (jaim)? Maka jawabannya iya orang tua perlu jaim demi pendidikan anaknya. Meskipun ketika tidak berada dalam pandangan mereka mungkin kita tidak seperti itu juga. Tapi ini demi memberikan contoh kepada anak, tinggalkan dulu apa-apa yang kita lakukan di luar ketika kita berada di rumah. Walaupun kita berusaha untuk menjadi baik juga di luar, bukan hanya di rumah. Tapi di rumah lebih ditekankan lagi karena disitu ada orang-orang yang menjadi tugas kita mendidik mereka.
Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.
Download mp3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/52236-menjadi-teladan-terdepan/